Sistem pembiayaan pelayanan kesehatan di Indonesia terus berevolusi demi mewujudkan efisiensi dan peningkatan mutu layanan. Salah satu perubahan signifikan yang akan dihadapi fasilitas kesehatan adalah transisi dari sistem Indonesia Case-Based Groups (INA-CBGs) menuju Indonesia Diagnosis-Related Groups (IDRG).
IDRG (Indonesia Diagnosis-Related Groups) adalah sistem pengelompokan pasien berdasarkan diagnosis utama, prosedur medis, jenis kelamin, serta faktor klinis lainnya. Sistem ini dirancang untuk menetapkan tarif paket pelayanan kesehatan yang lebih terstandarisasi, sehingga memudahkan pengaturan klaim dan evaluasi biaya layanan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan.
Bagi fasilitas kesehatan, implementasi IDRG membawa sejumlah keuntungan. Dari sisi efisiensi, IDRG menetapkan tarif tetap untuk setiap kelompok diagnosis, mendorong pengelolaan biaya yang lebih efektif. Dari sisi mutu, sistem ini mendorong pelayanan yang akurat sesuai tingkat keparahan pasien.
Lantas, apa perbedaan antara INA-CBGs dan IDRG, serta bagaimana skema kerja keduanya dalam praktik layanan kesehatan?
Baca Juga: Digitalisasi Faskes di 2025 Gak Cuma Tren, Tapi Kebutuhan
Dari INA-CBGs ke IDR, Apa Bedanya?
Adapun beberapa aspek yang membedakan antara INA-CBGs dengan IDRG. Simak penjelasan selengkapnya pada tabel di bawah ini.
Fitur | INA-CBGs | IDRG |
Pengembangan Sistem | Lisensi dari sistem internasional | Sistem yang dikembangkan sendiri oleh Indonesia, lebih independen dan fleksibel |
Basis Referensi | Berdasarkan referensi luar negeri | Disesuaikan dengan data klinis & praktik pelayanan kesehatan di Indonesia |
Fleksibilitas | Pengembangan terbatas, bergantung pada pemilik lisensi | Dapat dikembangkan, diperbarui, dan dimodifikasi secara mandiri oleh pemerintah |
Struktur Kode & Tarif | Menggunakan struktur kode dan tarif baku | Lebih detail dan akurat dalam mengelompokkan kasus sesuai tingkat keparahan dan kompleksitas |
Fokus Tujuan | Efisiensi pembiayaan | Efisiensi + peningkatan mutu layanan berbasis kebutuhan nasional |
Perbedaan paling mendasar yakni IDRG merupakan sistem yang dikembangkan secara mandiri oleh Indonesia. Ini berarti IDRG dapat disesuaikan secara lebih spesifik dengan data klinis, pola penyakit, dan praktik pelayanan kesehatan yang berlaku di Indonesia.
Bagaimana Mekanisme Penerapan iDRG pada Fasilitas Kesehatan?
Setelah Mengetahui perbedaan INA-CBGs ke IDR, berikut skema penerapan iDRG pada fasilitas kesehatan.
1. Pengelompokan Pasien
Pengelompokan Pasien: Pasien dikelompokkan berdasarkan diagnosis utama, prosedur yang dilakukan, jenis kelamin, dan berbagai faktor klinis lain yang mempengaruhi tingkat keparahan dan kompleksitas kasus.
- Pengkodean Data: Data dari rekam medis pasien dikodekan menggunakan sistem klasifikasi diagnosis dan prosedur standar yang berlaku secara internasional (misalnya, ICD-10 untuk diagnosis dan ICD-9-CM untuk prosedur).
- Penetapan Tarif: Setiap kelompok diagnosis (DRG) memiliki tarif tetap yang telah ditentukan sebelumnya, berdasarkan rata-rata biaya perawatan untuk kasus serupa.
- Pembayaran ke Rumah Sakit: Rumah sakit akan menerima pembayaran sesuai dengan kelompok DRG tempat pasien diklasifikasikan, terlepas dari biaya aktual yang mungkin sedikit berbeda untuk setiap individu dalam kelompok yang sama.
Transisi ke IDRG menandai langkah maju dalam upaya Indonesia untuk memiliki sistem pembiayaan kesehatan yang lebih adaptif. Bagaimana, apakah faskes Anda siap menghadapi transisi ke IDRG?
reference: https://scholarhub.ui.ac.id/kesmas/vol4/iss1/1/